Agama ibarat kumpulan empat perkara : Iman-Tauhid- Ma’rifat-Islam.
Iman, ialah percaya dan membenarkan (sesuatu) yang didatangkan oleh Rasulullah SAW yaitu tiap-tiap perkara yang disampaikan dan diajarkan oleh Nabi itu datang dari Allah. Bukan rekayasa daripada Nabi seperti firman Allah SWT
“Tiada ia (Nabi) bertutur atas kemauannya sendiri melainkan ia (Nabi) bertutur itu dari wahyu yang diwahyukan kepadanya”.
Juga tersebut dalam sebuah hadis Qudsi yang menunjukkan akan kebenaran Rasulullah SAW dengan firman Allah sbb :
“Telah benarlah hambaku (Muhammad SAW) pada tiap-tiap sesuatu yang disampaikan itu daripadaKu (Allah)”
Dan kesimpulan Iman itu dinamakan Rukun Iman mencakup 6 perkara
Tentang Iman sebagian ulama membaginya menjadi lima bagian :
Agama ibarat kumpulan empat perkara : Iman-Tauhid- Ma’rifat-Islam.
Iman, ialah percaya dan membenarkan (sesuatu) yang didatangkan oleh Rasulullah SAW yaitu tiap-tiap perkara yang disampaikan dan diajarkan oleh Nabi itu datang dari Allah. Bukan rekayasa daripada Nabi seperti firman Allah
“Tiada ia (Nabi) bertutur atas kemauannya sendiri melainkan ia (Nabi) bertutur itu dari wahyu yang diwahyukan kepadanya”.
Juga tersebut dalam sebuah hadis Qudsi yang menunjukkan akan kebenaran Rasulullah SAW dengan firman Allah sbb :
“Telah benarlah hambaku (Muhammad SAW) pada tiap-tiap sesuatu yang disampaikan itu daripadaKu (Allah)”
Dan kesimpulan Iman itu dinamakan Rukun Iman mencakup 6 perkara
Tentang Iman sebagian ulama membaginya menjadi lima bagian :
Iman Taklid yaitu iman yang mengambil perkataan orang dengan tidak bisa mengeluarkan dalil. Iman ini ada pada kebanyakan orang awam
Iman Ilmul Yaqin yaitu iman yang jadi dari ma’rifat pada segala ‘Aqaid dengan segala dalil. Iman ini adalah bagi orang-orang yang mempunyai dalil dan hadis.
Iman ‘Ainul Yaqin yaitu iman yang jadi dari ma’rifat Qolbu bagi Allah Ta’ala dengan sekira-kira tiada gaib daripada hatinya sekejap mata pun. Iman ini bagi ahli Muraqabah dan dinamakan Maqom Muraqabah.
Iman Haqqul Yaqin yaitu Iman yang jadi dari memusyahadahkan Allah Ta’ala dengan Ainul Basyirah (mata hati). Iman ini bagi orang Arif yang dinamakan Maqom Musyahadah.
Iman Kamalul Yaqin atau iman dari hakikat yaitu iman yang jadi daripada keadaan tiada memandang ia melainkan Allah SWT, Iman ini bagi orang yang Tahqiq yang dinamakan Maqom Fana.
Tauhid adalah mengesakan Dzat, Sifat, Asma dan Af’al Allah
Ma’rifat adalah mengenal akan DzatNya yang Wajibul Wujud dan mengenal sebagian daripada sifat KamalatNya yang tiada terhingga banyaknya dan mengenal sebagian daripada Af’alNya yang mengadakan Mumkin dari Tiada kepada Ada dan dari Ada kepada Tiada. Maka mengenal ini di fardhukan bagi setiap orang mukalaf yang Akil Baligh, lelaki atau perempuan karena sebagian daripada permulaan yang wajib bagi tiap-tiap mukalaf mengetahui dan belajar dan mengajar. Sabda Rasululah SAW :
Awwaludini ma’rifatulahi ta’ala
”Awal-awalnya agama adalah mengenal Allah”
Yakni mengenal sebagian daripada SifatNya yang Wajib lagi tsabit bagi Dzat Tuhan dan yang Mustahil dan yang Wenang padaNya. Wajib bagi setiap mukalaf mengetahui barang yang Wajib dan yang Mustahil dan yang Harus padaNya, demikian juga pada haq segala Rasulullah SAW, maka dengan mengenal yang demikian itu barulah sah ibadatnya. Sabda Rasulullah :
“Tidak sah ibadatnya melainkan kenal Tuhan yang diibadahinya”
Bukanlah disuruh kenal itu Kun Hi (Ain) Dzat Allah Ta’ala karena Kun Hi Dzat Allah Ta’ala tidak dapat diperoleh dari cerita seluruh mahluk selain Nabi Muhammad SAW ketika di mi’raj kan seperti Firman Allah :
“Tiada mendapat akan Dia (Allah) oleh segala penglihatan dan
Ia juga yang mendapat penglihatan”
“Bahwasanya Allah SWT terdinding daripada penglihatan dan
bahwasanya seluruh malaikat yang diatas menuntut akan Dia
sebagaimana kamu tuntut akan Dia itu”
Makna terdinding Allah Ta’ala daripada penglihatan semata, penglihatan yang dzohir tidak dapat melihat Kun Hi Dzat Allah Ta’ala di dunia ini, maka tiap-tiap perkara yang didapat dengan pancaindera di dalam dunia ini semuanya adalah mahluk, bukan Allah ! atau dengan pikiran yaitu tiada dapat memikirkan hakikat Kun Hi Dzat dan karena Allah itu
“Tiada umpama Allah Ta’ala itu dan Ia jua Tuhan yang maha mendengar
dan maha melihat”
“Maha Suci engkau (hai Tuhanku) tiada aku kenal akan Engkau sebenar-benar pengenalan”
Dan kata sayidina Abu Bakar Al Sidiq RA :
“Lemah daripada pendapat itulah pendapat”
dan kata Sayidina Ali RA :
“Tiap-tiap barang yang terlintas pada cita-citamu dan yang berupa pada hatimu maka Allah Ta’ala menyalahkan yang demikian itu”
dan kata Syeikh Jafar As Shodiq r.a.
“Barang (Sesuatu) yang terlintas di hatimu maka yaitu binasa,
Bermula Allah Ta’ala menyalahi yang demikian”
dan kata-kata seluruh Arifin Billah
“Demikianlah Ijma (pendapat) Ahli Sunah Wal Jamaah, tiap-tiap barang yang tersangka dengan segala sangkaan kamu dan didapat dengan akal kamu,
maka itu adalah baru sangkaan kamu”
Karena yang demikian, itulah Rasulullah bersabda :
“Fikir oleh kamu pada segala kejadian dan jangan kamu fikir pada yang menjadikan karena bahwasanya tidak dapat meliputi fikiran kamu”
Hendaklah pikir kepada segala kejadian seperti langit dan bumi dan barang diantara keduanya yang menunjukkan akan keesaan dan kekuasaan Allah. Bahwasanya Allah Ta’ala bersifat dengan segala Sifat Kamalat yang tiada terhingga baiknya melainkan Dia juga Yang Tahu. Tiada wajib bagi setiap mukalaf mengetahui akan Dia dengan jalan tafsil (rincian) melainkan Dua Puluh Sifat jua. Sebagian daripada barang yang wajib diketahui oleh tiap-tiap mukhalaf bagi Tuhan ada 20 sifat. Karena itu tiap-tiap seseorang dari kita Wajib mempelajari Ilmu Sifat 20 yang juga disebut seperti kenyataan di atas tanpa mengira siapa kita.
Minggu, 14 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar